SEJARAH BATIK | |||
Sejarah Batik di Surakarta Sejak pertengahan abad ke-18 Solo adalah tempat kediaman keluarga raja-raja. Istana-istananya yang disebut kraton dikelilingi tembok. Sebagian besar kraton ini terbuka untuk para pelancong. Tampak dengan jelas bahwa kebudayaan sangat dipengaruhi raja-raja Solo beserta keluarga dekatnya. Karena batik dengan desain tertentu pada awalnya hanya dipakai keluarga raja-raja maka tampak sekali pengaruhnya pada perkembangan batik. |
|||
Salah
satu ciri penting dari batik Solo adalah penerapan Soga, bahan cat
berwarna cokelat yang dibuat dari kulit pohon. Bila soga ini diterapkan
dengan cara tradisional maka diperlukan paling sedikit 40 pencelupan
sebelum hasil sebenarnya tercapai. Selain warna cokelat, warna biru juga
dipakai dalam batik tradisional. Batik Solo dan Yogyakarta banyak
persamaannya. Perbedaaannya adalah bahwa batik Solo dasarnya biasanya
berwarna kuning emas sedangkan batik Yogyakarta pada umumnya kuning
keabu-abuan. Di Solo warna hitam (yang terjadi karena dicat warna
cokelat dahulu dan sesudah itu baru hitam) kelihatan warna birunya lebih
tua. Terutama batik zaman sekarang makin sukar untuk dibedakan. Yang paling mencolok adalah apa yang disebut desain parang. Ini terdapat dalam banyak varian dan ukuran. Parang-parang tersebut digambar diagonal. Di Solo jalur-jalur miring itu dari kiri atas ke kanan bawah sedangkan di Yogyakarta dari kanan atas ke kiri bawah. Dewasa ini orang tidaklah memperhatikan arah jalur. Desain-desain parang yang terkenal adalah motif-motif yang khusus boleh dipakai oleh anggota-anggota raja. Desain-desain yang dilarang ini disebut "larangan". Yang paling terkenal adalah 'parang rusak' dan 'udan liris'. Makna desain batik Solo antara lain, yaitu:
|
Wednesday, December 4, 2013
Makna Desain Batik (Part1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment